Keluarga
Mereka adalah anggota pengurus organisasi mahasiswa pecinta alam Cakra Manggala. Dan saya, saya yang mengambil gambar. Saya, nama saya Akhmad Aulia Rizqi Fauzi. Saya termasuk salah satu yang paling berpengaruh dalam organisasi ini. Dan kali ini, Sabtu, 20 Februari 2015 adalah hari yang sekali lagi menjadi saksi bisu layaknya prasasti namun tergambarkan lewat hasil jepretan kamera, foto. Betapa terbantahnya 14 Februari merupakan hari kasih sayang. Terbukti telah sudah terlewati 6 hari, kasih sayang seperti udara mengisi penuh ruang tamu rumah Ade Ayu Y. Ds. Mruwuk RT/RW 04/01 Kec. Dagangan Kab. Madiun.
Kami bukan sehanya berorganiasi, mengorganisir segala hal berkaitan dengan kepencintaan alaman. Kami berkeluarga. Bukan berarti seayah dan seibu atau hanya seayah dan beda ibu ataupun sebaliknya. Kami dari tanah yang berbeda. Lahir dari rahim suci seorang ibu yang tak sama. Akan tetapi kami satu. Satu visi. Satu tujuan. Adalah sebuah kesatuan keluarga.
Berkumpul di rumah Dek Yay, sapaan akrab Ade Ayu, bukan tanpa alasan. Lewat pesan singkat saya sampaikan untuk berangkat menuju rumahnya pukul 09.00 WIB. Apalah daya, sudah menjadi tradisi, seperti budaya lengket yang melekat. Kata telat selalu menyemat. Saya pun datang pada waktu yang tak tepat. Saya datang kurang lebih jam 12 kurang seperempat. Bukan hanya saya, banyak juga yang datang lambat. Tapi tidak paling lambat atau terlambat. Toleran, tepa salira dan saling memaklumi. Mungkin sibuk tidak hinggap pada mereka yang telah datang terlebih dahulu. So, pernyataan maaf pun diterima.
Sebagai pengurus, yang berarti mengurus. Sudah menjadi tanggung jawab. Kehadiran keluarga Cakra Manggala angkatan ke-3 ini tak lengkap. Beberapa yang lain tak sempat hadir. Rasanya seperti sayur asam kurang garam. Rasanya, untuk mempersiapkan tanggung jawab yang sudah sedekat 5 inchi pandang mata ini tidak pas. Lagi-lagi bertoleran. Asal jangan sampai mati karena toleransi.
Kami orang petang yang membicarakan terang. Kami mencari sebuah solusi dari sebuah permasalahan. Kami manusia. Dan manusia hidup adalah mencari solusi, mencari solusi dari segala permasalahan hidup. Ini hanya sebagian kecil permasalahan. Yang pastinya akan ditemukan sebuah jalan keluar.
Dalam musyawarah mencari terang. Rapat tidak harus melulu di dalam ruang yang hebat. Dengan proyeksi lalu berpresentasi. Tidak! Justru dengan di tempat yang terbuka. Seperti sabana di gunung-gunung. Hijau. Namun sejauh mata memandang, hanya tanaman yang mengsailkan beras yang terlihat. Justru ini seperti menyerap insprirasi dari alam. Meminta bantuan kepada alam. Dan semuanya, perbincangan dari semua yang dibincangkan, semuanya akan kembali lagi berhadapan dengan alam.
Mungkin foto-foto diatas tidak sepenuhnya menggambarkan total kebahagiaan yang sama terjadi saat itu. Iya. Memang tidak semuanya juga bahagia. Sempat terdapat debat hebat, membincangkan pencarian solusi-solusi yang paling terampuh. Tapi justru dengan berseteru itu, kami bisa dilatih berargumen, mempertahankan pendapat dengan alasan-alasan logis sebagai pendukung. Akhirnya, dengan adanya seteru, pemahaman tentang sebuah toleransi semakin dalam dimengerti. Mengalah tidaklah berarti kalah. Bukan mencoba berpikir dengan jalan masing-masing. Tapi jalan bersama yang paling terampuh, teraman dan membahagiakan.
Dan ini baru yang pertama. Waktu berjalan cepat. Cepat mengahabiskan kebahagiaan yang kurang puas. Bukan berarti kurang bersyukur. Syukur kami mengangkasa. Bagaimana tidak. Seandainya ada kata yang lebih dari terima kasih. Sudah berucap kali disampaikan. Terima kasih atas suguhan hangat sederhana namun mewah penuh kesan dan makna. Perbincangan ini belum selesai. Masih ada yang harus diperdebatkan lagi untuk mencari yang terbaik. Pertemuan-pertemuan selanjutnya sudah rindu menunggu.
Mewah penuh kesan dan makna bukan? Bahagia tidak harus mahal. Tidak harus berlelah mengendara, lalu mendaki gunung hingga puncaknya. Atau menyusuri tepian laut, pantai. Hhm. Sepertinya, slogan untuk keluarga ini bukan “Keluarga Bahagia, Dua Anak Cukup”, tapi, “Keluarga Bahagia Hingga Anak Cucu”.
Akhmad Aulia Rizqi F. Madiun, Sabtu 20 February 2016. 18:49.