Tuesday, July 4, 2017

Masih di Momentum Lebaran

Masih terasa kedamaian dari hari ke hari meski waktu cuti tersudahi. Pumpung aroma fitri belum sepenuhnya hilang, ada beberapa hal yang ingin disampaikan namun tak sampai-sampai. Barang kali saja mata lebih pandai mendengar, dari pada telinga yang tidak sampai hati dalam menyimak.

Bismillah,
Dalam paham materialism, bahwa seluruh jagat raya ini hanyalah materi, bahkan manusia hanyalah benda mati, yang kemudian diberikan roh. (Cmiiw). Memang ada beberapa turunan dari paham tersebut yang mempercayai hal metafisika atau diluar nalar, seperti roh, reinkarnasi hidup, karma dll. (Cmiiw).

Tetapi, pelajaran yang dapat dipetik adalah, lantas bagaimana mengurai kufur dan melebihkan bersyukur, jangankan lantaran roh yang masih ikut serta dalam raga, udara yang merupakan materi tak kasat mata namun terasa ini tiada habis-habisnya.

Yang disayangkan yakni, terkadang di momentum Lebaran, saat banyak manusia yang lama tak jumpa, rasanya bahagia meski mungkin hanya sehari dua hari bisa bertegur sapa, berinteraksi membincangkan apa saja. Namun dibalik itu, ada saja terselip hal kecil saling menyombongkan diri, tujuan diplomatis, bahkan politis, meski tidak bekerja dalam pemerintahan. Hhm, ya meskipun, yakin, pasti lebih dominan keceriaannya.

(....)

Berkaitan dengan itu, ada tulisan nyleneh di jejaring media sosial H+ sekian setelah awal syawal, tulisan itu bilang, "Cobalah bayangkan menjadi jalanan, dia hanyalah tanah yang terarah, dibebankan diatasnya aspal hitam, lalu berlalu-lalanglah kendaraan-kendaraan. Dia diinjak-injak, mungkin ada saja yang meludahi" Ya sih, fitrahnya jalan memang begitu. Namun sekali lagi, cobalah, bayangkan fitrah manusia selaku anus jalanan. Bukan merendahkan, namun aspal rela seperti itu, di ikhlas seperti itu, sampai manusia sendiri tidak tau punya berapa dosa akibat menginjak-injaknya. Begitu rendah hati..

Saya berharap, saya bisa rendah hati, bisa menjaga diri, pun siapapun yang membaca dan mendengar tulisan ini.


No comments:

Post a Comment