Thursday, August 28, 2014

IKRAR

INGAT!
TUJUAN KU DIRANTAU ADALAH SEKOLAH.
IPK TINGGI, BANYAK ORGANISASI, LEMBAGA, EKSKUL, PRIVAT DLL..

SUPAYA MENUNJANG DIPERMUDAHNYA MASUK DUNIA KERJA (PERUSAHAAN).

LALU JADI ANAK PERUSAHAAN YANG BERADAB DAN BERBAKAT SERTA MEMBANGGAKAN.

SEHINGGA BISA MENJADI PRIBADI YANG MAMPU BERDIKARI, PRIBADI YANG MAMPU MENYISIHKAN PENGHASILANNYA UNTUK HARI TUA.

Sunday, August 24, 2014

Sepi

Inikah yang dinamakan rindu? Apa sepedih ini? Apa ini yang dinamakan rindu yang sebenarnya? Lalu rindu-rindu ku yang lalu apa hanya sekedar rindu yang tak berarti apa-apa? Pertanyaan-pertanyaan yang menyerbu benak. Aku dikoyak sepi, hingga lelah. Seakan kesepian ingin membunuhku. Aku tidak bisa fokus. Pikiranku menjuru di berbagai penjuru. Bahkan demikian kurasakan saat ini.

Aku rindu rumah, tempat tinggal, dan yang pasti adalah kasih sayang dari ayah dan ibuku. Disini sepi, aku sendiri. Namun berteman dengan ratusan nyamuk yang bagai vampir haus darah, suara dengingnya bagai pesawat jet yang menggemaskan namun cenderung menjengkelkan. Serangga yang penuh murka.

Aku belum akrab dengan lingkungan sekitar. Tidak ada manusia tempatku berbagi disini. Aku sendiri disini, walaupun ramai manusia bergembira disekelilingku. Inilah masa-masa adaptasi sulit yang harusnya aku pasti sanggup melewatinya.

Aku menyibukan diri dengan segala hal yang bisa ku lakukan. Tapi tetap saja ada momen dimana aku diam tanpa kata dan tak tau harus berbuat apa, lalu perasaan itu muncul, mengendap-endap, mengintip dan mengikutiku ketika aku berusaha enyah. Sepi selalu hadir dalam kondisi bahagiaku yang sebenarnya belum tercuat sekarang ini.

Tuhan, tempat satu-satunya untukku melampiaskan isi curahan hati terbungkus emosi yang terperdam sabar. Ku berdoa, memohon dan meminta, ku certiakan semuanya pada Tuhan. Walaupun ini sebenarnya hal bodoh, karena Tuhan pasti sudah tau tanpa harus ku beri tau. Tapi itu ku lakukan agar Tuhan lebih memperdulikanku, walau pun tanpa itu pun Tuhan sudah sangat peduli padaku. Dan mensyukuri nikmat tuhan dengan sembahyang merupakan kewajibanku sebagai muslim.

Hmm, malam ini aku mengantuk tapi tidak bisa tidur. Di tempat kost ini aku sendiri. Yang lain entah kemana. Huuuhhhff, apa guna mulut ini. Hanya diam saja,, sialan!! Aku mulai merasa jenuh. Mata ini berat, tapi berat juga dipaksa menidurkannya. Mau nonton tv tapi sendiri, mau keluar, jalan kaki? Huuuf, iya, aku belum menyempatkan ke stasiun, mengambil motor. Mungkin besok,, Sudah tidak sabar bertemu kuda besi ku, ingin ku segera berpacu.. Sepeda motorku ku paketkan satu hari sebelum aku berangkat ke sini, Madiun. Kata petugas layanan jasa paket sih 2 sampai 3 hari paling cepat sampai. Hhmm, semoga saja besok sudah sampai, lalu segera ku jelajahi seisi Madiun ini. 8-)

Sudah, sigini aja, mau ku postke blog ku. Ya walaupun ngga ada review nya, hee
Sudah ya, mau coba tidur..
Barang kali bisa,
Kalo gak bisa ya nanti deh,
Sialan, malah aku bercanda sendiri,
Sudah!
Nanti dikira gila lagi,
Wah, malah ngatain gila ke sendiri,
Emang gila!
Sialan, udah ah!
Ya, SUDAH!!

Day two,
23.03 Indonesian West Time
Sunday, Agustus 24
2014

Late post

Hari pertama dikost-an

Kereta berjalan lambat namun seiring jalannya waktu, kecepatan kereta pun bertambah. Udara dingin menemaniku dengan pelukan yang membuatku menggigil. Ditambah suhu yang didinginkan air conditioner, hampir tak kuasa ku menahannya. Lelah seketika mendera, ketika barang bawaan yang begitu banyak dibawa dengan penuh paksaannya. Kami tiba di Stasiun Madiun pukul 2.30 WIB. Duduk sejenak dan berusaha mengusir letih, namun justru kami terusir oleh Pak Satpam yang berlaga lemah lembut dihadapan kami. Terpaksa kami enyah dan pergi menjauh. Memang sudah peraturannnya, dan hanya 15 menit saja para penumpang diperbolehkan sejenak berhenti.

Kami keluar, terasa udara panas membakar kulit. Banyak para penjual jasa yang menawarkan jasa mereka, dari tukang becak, ojek, taksi, hingga mobil pribadi. Kami memilih mobil pribadi. 20 menit kami sampai di tempat kost. Hening, lalu terdengar suara adzan subuh. Ibu kost bernama Ilyas, Simbah Ilyas, begitulah para penghuni kost memanggilnya, datang lalu membukakan pintu. Kami ambil barang bawaan lalu kami bawa ke kamar kost yangsebulansebelumnya sudah di booking. Suara iqomah mensudahi kerja kami subuh itu. Ku ambil wudhu, lalu kulaksanakan apa yang telah menjadi kewajibanku.

Fajar menyingsing menyilaukan mata. Sapaan salam dari tetangga kost, Pak Topan, begitu orang tinggi berkulit coklat berambut sedikit botak mengenalkan diri. Kami jawab salamnya, dihidangkan dihadapan kami segelas the hangat untuk tiga orang. Kami pun keluar, menghormati penghormatan mereka. Ya seperti ciri khas orang ketimuran. Begitulah kami orang timur. Kami berbincang, mencoba untuk saling mengakrabi, tak terasa rasalapar mendera, prut ku bergeta dan bunyi, kereoncongan, begitulah istilahnya.kami pun mohon izin untuk keluar, cuci maa sekaligus mencari udara yang lebih segar. Setelah makan sarapan, pukul 8.00 WIB aku berangkat ke Politeknik Negeri Madiun tempatku nanti mencangkul ilmu, dan inilah alasan ku disini sekarang dan hingga nanti.

Aziz, teman pertama yang ku kenal di Kota Madiun ini, aku berkenalan dengannya ketika ia kebingungan lalu bertanya kepedaku. Aku pun menjawab sebisaku dengan logat Tegalku yang belum mampu tergantikan. Aku menjadi lebih akrab, beruntungnya lagi dia satu kelas denganku. Sau pasukan yang nanti tanggal 1 September 2014 akan diadakan PKMB, Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru, atau ospek istilahyang terkeknal di masyarakat. Ketika pemberian arahan selesai,aku bingung harus pulang dengan siapa,sedangkan ketika berangkat aku ikut Pak Topan yang notabennya beliau bekerja disitu, sedangkan saat acara pengarahan selesai Pak Topan pasti belum selesai dengan pekerjaannya. Tapi Aziz teman yang baru ku ketika dimomen tadi, berbaik hati dan mau mengantarkanku hingga tempat kost-an ku. Ku ucapkan banyak terimakasih seusainya. Suatu momen yang indah bukan?

Aku terlelap dalam tidur disiang hari, sedang ayahku memperbaiki kamar kost ku yang sedikit kurang baik. Setidaknya menghilangkan sedikit rasa lelah yang mendera. Namun ketika kami harus berpisah, sedih rasanya, namun memang aku terkadang menginginkan hal seperti ini. Jauh dari orang tua dan berusaha hidup mandiri. Kini kesedihan itu menciderai hati.rasanya begitu sepi. Walaupun ku akui sangat membosankan dirumah, sangat menyebalkan melihat pola tingkah laku ayah dan ibu yang terkadang kekanak-kanakan, bahkan sering kali tidak bisasalingmengontrol emosi meraka masing-masing. Namun kini, kurasakan begitu sepi tanpa mereka,seakan aku belum siap, namun inilah waktu yang tepat. Kini yang ku lakukan, berusaha menyibukan diri. Agar tak memikirkan kesendirian dalam sepi ini. Aku harus kuat, dan aku yakin aku kuat, ya aku kuat..dan aan kulalui semuanya

16.11 WIB, Sabtu, 23 Agustus 2014

Wednesday, August 20, 2014

Persetan Dengan Mu Ayah

Sudahlah!! Aku ini udah gede. Jangan banyak diatur mulu. Biarin aku belajar ngatur diriku sendiri. Kalo gini mulu, kapan aku gedenya?!

Kalian itu terlalu hati-hati ato takut mati?! Tipis lho jaraknya! Hati-hati emang penting, tapi kalo udah segila ini, nglewatin wajar namanya!

Seenggaknya yang harus kalian pikirin itu diri kalian dulu! Kalian aja kurang becus :p
Mau jadi apa aku nanti, biar aku sendiri yang nentuin! Kalo aku jatuh nanti didepan, aku bakal nyalahin kalian juga, karna kalian banyak ngatur!

Biarkan aku belajar sendiri menghadapi hidup ini. Aku bukan balita yang musti ditatih buat jalan, musti dituntun lagi. Aku udah disunat lho. Kaiian kan yang bayarin.

Sudah saatnya! Selapaskanlah belenggu hitam yang merantai dileher ini. Biarkan aku beranjak!

Sayang kalian bego! Kuno! Dan tolol teknologi.. (n)
Coba kalian ngerti beginian, kalian ngerti perasaan ku yang hanya ku ungkapkan disini. Lihat tuh banner blog ini. Aku nulis, karna yang lain tuli! Ya biarinlah, biar saja hati ini menjadi kuburan rasa, kuburan amarah dan emosi..

Persetan dengan kalian [midfing]

Saturday, August 2, 2014

Asa

By me

Ketika asamu jauh dilangit
Berteduh dibawah awan
Akan tinggi menembus awan
Menuju luar angkasa
Lalu bersinar dalam gelapnya semesta

Tapi itu hal yang tabu
Imiapnmu sirna
Disapu bersih oleh badai
Awan yang akan kau lintasi
Tak mampu lagi membendung uap air
Memang menyejukan pada awalnya
Tapi berakhir badai berbencana

Kini kau hanyut
Jatuh bersama hujan
Asamu hilang
Tanpa sisa

Satu hal yang masih kau miliki
Nafasmu,
Nafas yang mampu merajut kembali asa
Asa yang telah meleleh
Lalu lagi menyeruak semangat yang dulu
Dan kau pun siap menggunjang dunia