Friday, April 15, 2016

Yang Cukup Itu Susah

'Ngrokok sambil 'ngopi pagi ini, damai. Setelah lelah membilas, mencuci, di'kucek terus dibilas lagi. Macek di 'boyok rasanya lekas sembuh. Apalagi disambi jaduman.

"Mas Arif terlalu kayaknya kalo capek, Riz.", kata Pak Topan. Dia melirik gendarel pintu yang tak dikunci. Ada sedikit celah, kamarnya gelap terlihat sebagian.

"Ngertiku kemarin nglembur. Tiba'e langsung pulang.". Tambahnya.

"Mangke nek njenengan wangsul, dibekto sekalian mawon Pak, kuncine,".

Kami beradu mengepulkan asap di ruang tengah Kos. Dihadapkan teve berlayar hitam, tidak dinyalakan. Mesra sekali perbincangan menjelang siang itu.

"Njenengan wangsul bibar dzuhur nopo saniki Pak?" Tanyaku melanjut pernyataan yang seperti memerintah sopan.

"Iya, sakjane.. Aku juga mau mbalikin duit, kemarin minjem 50 ribu.".

Kopi sedari mau mencuci pakaian segunung sudah setengah habis. Air masaknya menjelma dingin. Rasanya lebih manis sehabis ku aduk lagi.

"Setelah nikah malah lupanya mudah." Pak Topan menyeringai.

"Apalagi nek udah punya anak, Mas. Tambah susah buat seimbang.", menambahkan.

"Istrinya harus ngalah,". Mungkin maksudnya, alangkah lebih baik kalau kekasih halalnya jadi ibu rumah tangga saja.

"Iya Pak. Juga biar bisa mendidik anaknya nanti." Bersama dengan ku hisap lagi rokokku.

"Tapi, nek terusan 'ngasih waktu buat anak, nanti malah manja anaknya." Timpalku selanjutnya.

"Ya, jangan terlalu to..". Timpalnya baik, dengan tambahan kata "to". Bahasa Jawa, sama dengan kata "lah" dalam bahasa Indonesia. Tapi jika intonasinya salah, akan menguji sabar.

"Cocoknya, ibu rumah tangga kerja sambilan mungkin Pak. Misalnya jualan roti distok ke warung.". Pak Topan mengangguk, mungkin setuju.

"Soalnya ya, kalau suami istri sama-sama kerja, suaminya yang merasa dirugikan.". Aku juga lumayan setuju, batin suaminya mungkin akan bilang, "Kok lauknya beli terus, kapan nih nyobain masakin kekasih.".

Suami juga tak hanya butuh kasih batiniyah. Kasih lahirnya juga perlu. Biar seimbang.

"Istri saya juga sekarang cuman di rumah Mas. Dulu masih kerja.". Pak Topan menginformasikan.

Hhm.. Memang, jadi seimbang itu susah. Jadi seimbang itu fleksibel dengan Si KonTol PanJang, Situasi. Kondisi, Toleransi, Pantauan dan Jangkauan. Seimbang, bisa diartikan cukup. Maksudnya seimbang tugas istri. Mencukupi kebutuhan lahiriyah dan batiniyah suaminya. Cukup atau seimbang berarti merasa sungguh dalam bersyukur.

Perbincangan kami sebentar berhenti. Pak Topan mengambil tas ransel dari kamarnya. Bersiap berkemas pulang. Menunaikan rindu sepekan dengan istrinya.

Telepon genggamku juga berdering. Nadanya nyaring. Memecah suasana hening. Ku ambil dari atas buku "Menjadi Penulis Handal" bersampul kuning.

Seusai pembicaraanku di layang suara. Pak Topan juga mengusaikan persinggahannya. Tas ranselnya kebak. Mempunuk seperti bukit. Mungkin buah tangan untuk anaknya melimpah. Beliau pulang.

"Aku pulang sek Mas."

"Nggeh Pak. Hati-hati.. Salam buat keluarga.". Kataku.

No comments:

Post a Comment